Lebih dari setahun pandemi covid 19 kita hadapi. Pembatasan aktivitas di luar rumah, kegiatan interaksi yang beralih menggunakan aktivitas daring menjadi solusi yang bisa kita lakukan agar pandemi ini segera berakhir. Hal ini juga berlaku pada lembaga pendidikan dengan dilakukannya kegiatan pembelajaran jarak jauh.

Beberapa kebijakan pemerintah dibuat agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan tujuan pendidikan tanpa mengesampingkan aspek kesehatan. Diantaranya peraturan zona daerah yang boleh melakukan aktivitas pembelajaran tatap muka dan tidak, pemantauan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat dan termonitornya pola hidup bersih dan sehat.

Hal ini bukan hanya masalah bagi lembaga sekolah saja. Orang tua selama pandemi dituntut bisa membimbing dan memotivasi anak untuk terus belajar. Berdasarkan hasil survey Tanoto Foundation sebanyak 56 % orang tua dari anak SD/MI mengaku kurang sabar dan jenuh menangani kemampuan dan konsentrasi anak.

Data tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang tidak dilakukan di sekolah atau tidak didampingi tenaga  professional berpotensi menimbulkan dampak negatif yang bekepanjangan. Meskipun demikian kegiatan pembelajaran jarak jauh masih dianggap proses sekolah dengan berbagai kekurangan baik dari guru, siswa dan orang tua.

Pada masa pandemi ini, orang tua dan keluarga berubah menjadi guru sekolah di rumah. Begitu juga guru kesulitan dengan pencapaian kurikulum, waktu pembelajaran yang minim. Menurut irfan fatkhurohman, dosen PAUD Universitas Muhammadiyah Purwokerto Fungsi sekolah dimasa pandemi menjadi refleksi untuk mewujudkan sekolah yang mudah diakses, mudah memperoleh sumber pengetahuanm tidak terikat profesi dan menerima masukan secara terbuka. Oleh karena itu kondisi pandemi Covid 19 dapat kita jadikan refleksi untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang memanusiakan manusia, tidak terbatas pada waktu dan tempat serta aturan yang mengikat siswa.