Congklak (Mancala) merupakan permainan tradisional yang popular di Indonesia. Permainan ini berasal dari daerah timur tengah yang menyebar ke Afrika dan Asia melalui pedagang-pedagang Arab. Coklak diperkirakan sudah ada sejak abad 15-11 SM. Untuk memainkan permainan ini diperlukan papan dhakon dan biji dakon. Papan dhakon berupa papan yang memiliki 14 lubang saling berhadapan, dan dua lubang besar yang saling berseberangan. Sedangkan biji dakon dapat berasal dari kerang, biji buah – buahan, kerikil dll. Jumlah pemain dalam permainan ini dua orang, tidak dapat kurang atau lebih. Masing – masing pemain memiliki kesempatan yang sama di awal permainan.

Permainan congklak dapat dimainkan oleh seluruh anak, baik laki – laki maupun perempuan. Kesetaraan gender sangat dijunjung dalam permainan ini. Tidak hanya dapat dimainkan oleh semua gender, perminan congklak bahkan bisa dimainkan antar gender, laki – laki melawan perempuan. Langkah – langkah permainan yang mudah dan tidak berdampak pada sikap maskulin atau feminin menjadi salah satu faktor pendukung kesetaraan gender dalam permainan ini.

Kesetaraan yang dijunjung dalam permainan ini tidak hanya dalam hal gender, namun juga kesetaraan ekonomi.  Masyarakat yang dapat memainkan permainan ini tidak hanya berasal dari keluarga menengah ke atas, masyarakat dengan ekonomi rendah juga dapat merasakan keseruan dan manfaat permainan ini. untuk masyarakat yang kurang mampu untuk memiliki papan dakon, dapat diganti dengan menggambar pada tanah, atau memanfaatkan barang bekas seperti kardus. Sedangkan biji dakon bisa memanfaatkan kerikil atau kertas bekas yang dibentuk bola kecil.

Meski menggunakan barang – barang sederhana namun keseruan dan manfaat dari permainan congklak tetap dapat dirasakan oleh anak. Bahkan anak yang memanfaatkan barang – barang sekitar ini mampu meningkatkan kreativitas dalam hal memecahkan masalah.