Workshop yang diadakan baru-baru ini menekankan pentingnya partisipasi aktif mahasiswa dalam membentuk lingkungan pendidikan yang inklusif. Umpan balik yang diperoleh dari mahasiswa, khususnya yang disabilitas, akan menjadi landasan untuk inisiatif di masa mendatang, memastikan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi dengan efektif. Proses partisipasi ini dianggap krusial dalam mewujudkan pendidikan tinggi yang inklusif dan setara bagi semua kalangan.

Salah satu momen penting dari workshop ini adalah keterlibatan mahasiswa disabilitas dalam ruang formal, di mana mereka dapat berbagi pandangan dan pengalaman secara terstruktur. Dalam ruang ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka secara lebih fokus dibandingkan dengan percakapan kasual. Hal ini memungkinkan diskusi yang lebih mendalam dan pertukaran ide yang lebih bermakna, yang pada akhirnya menekankan peran penting mereka dalam proyek I-HEDU.

Hasil dari diskusi ini membantu mengidentifikasi berbagai tantangan dan peluang yang ada, yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan Fase 2 dari proyek I-HEDU. Dengan adanya sintesis ini, I-HEDU akan fokus pada penciptaan solusi dan jalur akses ke pendidikan tinggi yang lebih baik bagi mahasiswa disabilitas. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua mahasiswa.

Salah satu inisiatif utama di Fase 2 adalah pengembangan program sukarelawan yang mempromosikan pengalaman hidup mahasiswa dan staf dalam mendukung mahasiswa disabilitas. Program ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antar mahasiswa dan staf, serta memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kebutuhan mahasiswa disabilitas. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan empati di lingkungan kampus terhadap kelompok disabilitas.

Selain itu, I-HEDU juga merancang program mentoring terbalik yang bertujuan untuk mengedukasi staf dan mahasiswa mengenai potensi serta kebutuhan mahasiswa disabilitas. Dengan adanya program ini, staf dan mahasiswa akan belajar langsung dari pengalaman mahasiswa disabilitas, yang tidak hanya membantu meningkatkan kesadaran, tetapi juga mendorong perubahan sistemik dalam cara institusi pendidikan menangani aksesibilitas dan inklusi.